KISAH SEDIH ADI TOL (GLEGER…DHUAAAR)

Sabtu pagi, hari itu terasa seperti malam. Gelap, sunyi, angin bertiup kencang, petir bersahut-sahutan, dan hujan yang deras.

Inilah kisah anak malang yang terus berjuang untuk bisa terus melanjutkan studinya di LA (Los Angel)

Adi Tol, seorang mahasiswa yang mendapat beasiswa pas-pasan ke negeri antah berantah. Dia kuliah dan tinggal di kota Los Angel.

15.30 Waktu Los Angel : @ Bandara Los Parah

(Ngiiiingg) Buyi suara pesawat

@ Bandara , Hujan

(Drrrrssssssss) Suara Hujan.

Adduuh (dengan dialek tulung agung), ghilaa, hujan laghi. Njing!! (Dalam bahasa Los Angel-> Dhos, nek hudon ge, jingaa!!)

Dengan muka yang memelas akhirnya adi tol langsung menuju ke kos-kosan murahan yang sudah dia pesan sebelumnya. Akhirnya dia pun hujan-hujanan, basah kuyup, pokoknya kasian lah. Setibanya dia di depan kos-kosannya, sekonyong-konyong muncul sesosok wanita cantik dari belakangnya. Dengan rok sangat pendek dan pakean yang tipis, dari belakang dia menyapa adi tol (sudah diterjemahkan). Helo cowok, kok ujan2xan sih? Rupanya adi tol nggak tahu betapa keras kehidupan di Los Angel (namanya juga angel, susah). Apa-apa serba susah, sampe nahan diri aja susah. Untungnya adi tol berasal dari perkampungan yang orangnya sopan santun dan taat beribadah. Adi tol tidak menghiraukannya (yaah…gak seru!!).

Wah, setelah dia masuk kosan, tak disangka e tak di sangka, rupanya dia membawa anjing peliharaannya yang dia beri nama Bejo. Bejo sudah menemani adi tol sejak dia masih kanak-kanak. Sampai dia tembus beasiswa ke Los Angeles, dia tetap ditemani si Bejo. Si Bejo lah yang terus menghibur adi tol karena kedua orang tuanya sangat sibuk dengan pekerjaan mereka masing – masing.

(Kukuruyuuuuuuuk) Suara ayam mengokok

Hari sudah pagi, saatnya ke kampus. Adi tol mengenakan baju dan celana batik favoritnya berharap mendapat perhatian dari teman-teman barunya terutama yang wanita. Dia juga tak lupa mengenakan blankon pemberian bu de nya. Yah, jadilah seperti tukang sabung ayam yang biasanya ada di pasar kelelawar di kampungnya dulu.

Sekonyong-konyong ketika dia sudah sampai di depan gerbang kampus, seluruh “MASA” bahkan arwah gentayangan yang ada di kampus itu, melihat dan memerhatikan adi tol. Beberapa saat keadaan hening. Hening sekali. Langitpun penjadi gelap. Petir bersahut-sahutan. Adi tol kaget dan badannya rada menjorok kebelakang. Adi tol berpikir, banyak alasan dibelaknya yang menyebabkan hal itu terjadi. Tapi adi tol tak kunjung sadar. Selang beberapa menit kemudian, langit kembali cerah dan petirpun seakan lari ketakutan. Semua orang yang tadinya melihat adi tol dengan kebingungan skarang sudah kembali sadar dan melanjutkan aktivitasnya seperti tidak pernah terjadi apa-apa.

Nah, sekarang adi tol siap memulai kuliah pertamanya, namun sayang nasib buruk selalu merundungi adi tol. Ketika di depan pintu kelasnya, tiba-tiba langit menjadi gelap kembali dan petir pun seakan marah sama adi tol.

Pergelutan dimulai

(to be continued)

[Kesamaan Tokoh, Latar, dan Kejadian sepenuhnya Ketidak Sengajaan]

2 pemikiran pada “

Tinggalkan komentar